Saturday, February 23, 2019

Posting Tentang Anak ?

Mungkin, untuk beberapa orang, memposting setiap kegiatan atau tumbuh kembang anak itu menyenangkan ya. Apalagi kalau si baby itu lagi lucu-lucunya. Rasanya pengen banget gitu itu anak difigurain. Iya gak sih, Bund?

Buat saya pribadi, karena saya orangnya cenderung cuek dan woles, jadi lebih milih ngikutin mood. Kalau misal mood lagi oke, iseng liat postingan soal anak orang atau selebgram. Entah itu merhatiin fashionnya atau pola asuhnya. Kalau misal lagi males, ya tinggal skip-skip aja. 

Tapi di sisi lain, pernah gak sih kamu mikirin kalau di luar sana tuh ada orang-orang yang udah sampai level depresi gara-gara belum punya anak. 
Bahkan liat anak kecil aja dia stres berat. Apalagi liat SG atau status WA soal anak kecil yang udah berbentuk titik-titik itu lho. Kayaknya sosmed udah kayak neraka buat dia.
Belum lagi soal pertanyaan dan saran ini itu di dunia nyata yang mayoritas keluar dari mulut keluarga atau kerabat bikin dia makin tertekan.

Mungkin beberapa bunda akan berkata :

'Ah, itu sih dianya aja lebay. Jauh dari agama.'

'Makanya cepetan punya anak, pasti bakal kayak gitu juga kok!'

'Hiburan lucu-lucuan aja kok ini,'

'Tinggal unfollow saja kok repot?'

Ya, itulah. Pasti ujung-ujungnya bertabrakan tentang hal semacam 'toleran-intoleran club'

'Ini kan akun sosmed gue, suka-suka gue dong!'

Ya betul bund. Tapi, pernah gak sih berpikir dampak buruknya itu bisa jatuh ke anak Bunda sendiri?

Entah itu jadi ada yang iri, julid, sampai berdoa yang buruk karena saking ngerasa 'jengah' sama postingan berlebihan tentang anak Bunda. Seperti yang kita tahu, mulut netizen itu jahat, Bund. 

Mungkin teman kita gak bakal terang-terangan bilang atau nyinyir. Tapi dibelakang, kita gak pernah tahu, Bund.

Di dalam Islam ada penyakit yang disebut penyakit 'Ain. Penyakit yang datangnya dari ucapan atau rasa dengki dari orang lain. Anak bisa tiba-tiba sakit gak jelas, gak sembuh-sembuh, padahal tadinya baik-baik aja. Semacam itulah.
Belum lagi soal tindakan penculikan atau human trafficking yang makin lama makin merajalela.

Ngeri kan, Bund.

Jadi, alangkah baiknya kalau kita jangan terlalu berlebihan dalam mengekspos kehidupan kita terutama di sosmed atau pergaulan sehari-hari. Karena gak semua orang itu hatinya baik.

Foto anak boleh, foto keluarga boleh. Cukup bagikan moment-moment yang sekiranya cocok untuk konsumsi publik. Tidak baik terlalu membanggakan, karena semuanya hanya titipan, kan?

'Tapi kan, kapan lagi coba mengabadikan momen penting anak :('

Iya silakan, asal gak sampe tiap detik tiap jam juga ya, Bund. Kasian si dedek bayinya.

'Urus aja urusanmu sendiri, gak usah ngurusin postingan orang deh!'

Nah, ungkapan model gini nih yang pernah saya dapet dari seseorang yang kayaknya ngerasa 'kesinggung' sama omongan saya. Gak paham, apakah teknologi beneran bikin manusia se-egois itu sampe gak mau mikirin perasaan orang lain?

Gak dipungkiri, postingan tentang anak seringkali lebih menarique dan mengundang likes yang banyak. Lama-kelamaan jadi ngasih efek kayak 'star syndrome' gitu atau apa namanya ya.
Padahal, sebetulnya masih banyak hal-hal bermanfaat dan keren yang bisa kita posting, kok. Gak perlu menjadikan orang-orang kesayangan kita sebagai korban untuk keeksisan di sosmed atau bahkan jadi ajang nyari 'penghasilan' tambahan lewat endorsement macam selebritis tanpa mikirin kondisi psikis dan mental anak kedepannya.

Semoga kamu bukan bunda-bunda yang semacam itu ya, Bundo!





No comments:

Post a Comment

Popular Posts