Setelah merasa dag-dig-dug seminggu ini, akhirnya tiba juga jadwal untuk sono HSG alias SIS. Jadi, saya dijadwalkan untuk melakukan sono HSG di hari ke-11 haid. Kalo baca-baca di web, katanya kita ga boleh tes ini pas lagi haid. Nah, tepat semalam sebelum tes, saya keluar haid ! Gimana gak syok !
Bingung, campur aduk. Nanya ke admin BFC ( Bandung Fertility Centre Limijati ) katanya biasanya dijadwalkan ulang kalau keluar haid. Duh! Masa harus nambah lagi waktu deg-degannya.
( Tentang kenapa-napanya udah saya jelasin di Kelainan Haid part I dan Kelainan Haid part II. )
( Tentang kenapa-napanya udah saya jelasin di Kelainan Haid part I dan Kelainan Haid part II. )
Tapi akhirnya saya nekat datang, karena mikir ini darah penyakit. Abnormal. Akhirnya tetap datang sesuai jadwal.
Paginya, saya di telpon pihak BFC untuk konfirmasi & saya disuruh langsung datang ke lantai 5 RS Limijati jam 14.30.
Setelah sampai di BFC, saya daftar dan seperti biasa duduk di ruang tunggu. Kebetulan dokternya belum datang & saya kebagian nomer 2.
Jadi, BFC ini emang semacam klinik khusus bagian yang menangani masalah fertilitas. Kalau kamu mau promil, bayi tabung, inseminasi dan semacamnya bisa ke sini.
Setelah nunggu, sekitar 1 jam. Akhirnya tiba bagian saya. Saya bilang ke dokter Hartanto, kalau saya keluar haid lagi, jadi saya tanya apa masih bisa dilakukan sonoHSG?
"Waduh, jadi memang keluarnya bisa kapan aja ya ini haidnya. Kalo gitu kita sekalian aja biopsi. Supaya langsung ketahuan masalahnya apa, karena memang ini agak 'beda' ya,"
Dang! Padahal si biopsi ini kan prosedur setelah hasil sonoHSG keluar dan katanya semacam kuret.
Udah gitu, biayanya kan...
Tapi karena posisinya udah gitu, akhirnya pasrah. Disatu sisi emang saya penasaran juga soal hasilnya.
Beliau lalu menjelaskan panjang lebar soal tes ini. Katanya ini sebenernya prosedur ringan, gak perlu bius dan semacamnya. Mirip-mirip pasang KB IUD, katanya.
Dokter berkali-kali nyuruh saya tenang, ya pasti keliatan bangetlah ya muka saya tegangnya kaya apa.
Saya pertama disuruh ke toilet untuk BAK, katanya supaya bisa lebih jelas kelihatan kalau kandung kemihnya kosong. Lalu setelah itu, saya ganti bawahan dengan rok yang disediakan rumah sakit. Sejujurnya, saya kurang nyaman di klinik BFC ini karena tempatnya sempit. Sempat heran karena untuk harga-yang katanya-mahal tapi fasilitasnya seperti itu. Beda dengan ruangan di Grha Bunda yang luaas banget. Terlalu luas malah untuk ruangan dokter (kata saya).
Lalu saya disuruh tiduran di tempat "eksekusi". Buat ibu-ibu pasti tahu apa itu. Hehe.
Dokter dibantu dengan 2 orang suster. Beliau minta tolong suster ambil ini itu dan saya lihat alatnya buanyak banget. Pertama saya dimasukkan alat spekulum kecil katanya. Ternyata gak terlalu nyeremin seperti kelihatannya wkwk. Kata temen saya, 'dongkrak'. Hihi.
Setelah itu, saya dimasukkan selang kateter & dari situ dokter ngambil jaringan sekalian dengan semacam pipet kecil panjang. Ternyata gak usah pake acara bius-biusan. Disitu, rasanya nyesssss banget. Perut linu, kram, semacam lagi haid aja.
Rasanya macem-macem, kayak di tusuk-tusuk jarum, kayak di ubek-ubek, kayak dimasukin sesuatu. Tapi jujur gak lebih sakit dari nyeri haid pertama atau kedua kok.
Kaki yang tadinya relaks mendadak lemes. Gak mau tau lagi saya diapain aja, pasrah aja udah. Ternyata dengan pasrah dan berdoa emang jadi lumayan ngurangin sakit. Gak perlu juga iseng bayangin alat apa yang dimasukin karena malah ngilu sendiri.
Selama kurleb setengah jam, saya di "eksekusi". Ternyata saya gak bisa lihat dilayar ada masalah apa (seperti prosedur umum).
Karena dokter lihat secara kasat mata pun ada gumpalan dari mulai jalan rahim. Suami disuruh lihat langsung secara 'live' dan si dokter menjelaskan ke suami. Saya gak begitu denger karena emang lagi sakit-sakitnya.
Katanya, darah saya keluar terus. Si gumpalan yang entah apa itu namanya ternyata rapuh banget. Air sterilnya pun ( air NaCl yang biasanya dipake untuk infusan, tapi kali ini untuk disemprotkan ke rahim ) cuma dipake 3 cc . Padahal biasanya perlu beberapa puluh cc untuk proses ini.
Setelah selesai, saya masih ngerasa linu di perut kiri. Tapi selebihnya gak kenapa-napa. Ternyata proses biopsi dan SIS itu gak semenyeramkan apa kata 'netizen' di forum. Apa karena saya udah biasa aja kali ya nyeri haid?
Ada 2 sample yang nantinya dikirim ke bagian patologi di laboratorium Limijati. Hasilnya sekitar 9 hari kemudian.
Disitu, saya rasanya lemes banget. Literally lemes lutut. Berkali-kali dokter bilang kalau pusing atau gak kuat segera bilang dan bisa ke IGD. Tapi saya masih kuat dan penasaran tadi diapain aja + diagnosa sementaranya apa.
Dokter kasih gambaran dikertas pake pulpen soal penebalan rahim yang ternyata sifatnya global, bukan lokal. Artinya udah sangat bermasalah. Jadi secara kasat mata pun udah langsung kelihatan dan beliau gak nyinggung sama sekali soal polip, myom dan semacamnya.
Dokter diem. Beliau cuma senyum dan bicara pelan-pelan.
"Boleh saya cerita?"
"Dok, jangan gitu dong.."
Deg. Asli saya tegang, lemes, campur aduk.
"Ini ketebalannya yang awalnya 1,4 cm di minggu lalu, sekarang udah tumbuh lagi menjadi 2 cm" kata dokternya sambil nunjukin foto USG.
"Jujur saya khawatir.. ada keganasan disini," lanjut dokter.
Air mata saya udah mau meleleh. Tapi saya tahan.
"Penentuan kita ada di hasil lab ini. Saya belum bisa jelasin apa-apa, tipenya apa, harus dikasih obat apa, karena nanti tiap tipe masalah ada obatnya sendiri, insyaAllah ada obatnya,"
"Ini lihat, ibu warna tangannya udah pucat saking banyaknya keluar darah. Kalau misal kenapa-napa, segera ke IGD atau kalau misal setelah ini ada haid yang lebih banyak, sakit yang berlebihan & demam, langsung kontrol lagi"
Setelah itu saya diresepkan obat nyeri, pendarahan & antibiotik. Beliau juga memberi kontak pribadinya supaya saya bisa langsung tanya kalau misal ada keluhan.
"Udah, istirahat dulu aja. Makan yang enak yang banyak. Jangan dulu bantuin apa-apa," Kata dokter Hartanto lagi.
"Udah, istirahat dulu aja. Makan yang enak yang banyak. Jangan dulu bantuin apa-apa," Kata dokter Hartanto lagi.
Saya berusaha tenang. Saya emang udah nyiapin mental yang sedemikian rupa untuk ini. Kalau misalkan memang harusnya begitu. InsyaAllah saya siap. Allah tidak akan memberi ujian lebih dari kemampuan hambanya. Just believe it.
Oh iya, mengenai biaya, saya kena biaya kurang lebih seperti berikut di klinik BFC :
-tes Sono HSG / SIS : 1000.000
-obat habis pakai : 200.000
-laboratorium : 360.000 x 2 (karena ada 2 sample)
-obat dan ongkos : 316.000 ( ini masih gak ngerti kenapa mahal padahal obatnya murah dan gak ada penjelasannya )
Total : 2,2 jt
Dokter bilang ongkos biopsinya gak usah, cukup lab aja. Padahal ini kalau biaya normal bisa nyampe 3 jutaan lebih, huhu. Alhamdulillah dokternya baik banget.
Mudah-mudahan ada hasil yang terbaik di minggu selanjutnya.
No comments:
Post a Comment