Kemarin, saya akhirnya bisa ketemu dokter saya yang baru di Grha Bunda. Beliau adalah dr. Hartanto Bayuaji, salah satu dokter kandungan ternama di Bandung terutama di bidang fertilitas. Saya jelaskan kalau saya sebelumnya dirujuk oleh dokter saya sebelumnya, dr.Martin Hermawan, untuk menangani kasus kelainan haid yang saya alami.
Seperti biasa, setelah cerita-cerita masalah yang saya alami, lalu saya dilanjut untuk USG Transvaginal. Daaan.. ucapan pertama beliau adalah : " Wow, what happen to you? "
Beliau juga kayaknya ngerasa aneh waktu liat kondisi rahim saya yang tebal, tidak nampak seperti rahim orang sehat. Padahal, saya kondisinya lagi haid hari ke-4 di bulan Januari, tapi ketebalan dinding rahim saya mencapai 1,4 cm. Sebelumnya waktu saya sedang ke dokter Martin dicek sampai 3,7 cm. Sedangkan harusnya orang normal itu maksimal sekitar 1,3 cm dan kalau lagi haid gitu dibawah 8 mm.
Dokter Hartanto bilang, ini disebut Hiperplasia Endometrium. Penyebab umumnya karena hormon, yang memicu pertumbuhan jaringan abnormal, jaringan ini biasanya jadi berupa polip. Nah, yang bikin khawatir, si polip atau jaringan ini entah jenisnya apa? Bahaya atau tidak?
Saya dijelasin juga soal hasil USG nya. Untuk rahim normal, si bagian tengah rahimnya itu biasanya rapi, halus, tampak jelas ada 3 lapisan untuk posisi rahim yang subur. Tapi yang saya punya, ada gumpalan putih, ditengahnya ada gambar kelenjar-kelenjar kecil dan dari hasil yang saya punya selama ini dari dokter lain pun TIDAK ADA yang menunjukkan kalau rahim saya ini subur.
Hiks. Wanita mana yang gak nge-down diginiin?
Hiks. Wanita mana yang gak nge-down diginiin?
Yang bikin beliau heran, biasanya penebalan ini karena hormon estrogennya tinggi, ciri-ciri umumnya kelihatan dari ukuran badan yang biasanya gemuk, umur 40 an tahun, dan punya penyakit berat. Tapi saya kan enggak kelihatan. ( Antara terhibur atau engga, karena saya dibilang kurus, wq )
Jadi beliau menyarankan saya untuk tes Sono HSG atau SIS. Jadi katanya mirip USG transvaginal biasa tapi kita nanti dipasang kateter lalu disemprot cairan garam supaya tahu ada sumbatan apa.
Bedanya dengan HSG biasa, kalau HSG biasa disemprot cairan kontras & sambil di foto rontgen. Kalau ini bukan, biayanya juga cenderung lebih murah. Sebenernya sama-sama nyeremin sih buat saya, karena kata orang-orang lumayan sakit. Sakitnya mirip-mirip sakit haid gitulah. Tapi karena penasaran dan pengen cepet sembuh akhirnya saya setuju. Karena di Grha Bunda belum ada fasilitas sonoHSG, jadi saya disarankan untuk ke RS Limijati.
Lalu saya dikasih obat antibiotik doxycyclin 2x1 selama 7 hari sebelum tes, supaya gak infeksi & membantu memperbaiki rahimnya juga. Obat ini bikin saya gak enak perut.
Deg-degan banget, karena selain takut soal biaya (Sekelas Limijati buuuu), takut juga di vonis macem-macem. Tapi, laa haula wa laa quwata ilaa billah. Allah juga gak akan memberi ujian diluar kemampuan manusia, insya Allah ada rezekinya dan yang penting cepat sehat supaya ada harapan untuk punya keturunan.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete